1.
Aerosteon.
Sejenis dinosaurus pemakan daging
yang hidup sekitar 85 juta tahun lalu diduga bernafas layaknya burung yang
hidup saat ini. Hasil penelitian terhadap fosilnya itu memperkuat keyakinan
bahwa dinosaurus berkerabat dengan burung modern.Penemuan tersebut juga memberi
pengetahuan baru mengenai tahapan evolusi theropoda (jenis dinosaurus berkaki
dua) menjadi burung. Banyak ilmuwan meyakini bahwa burung merupakan keturunan
sejenis theropoda yang disebut maniraptor, pada 150 juta tahun lalu pada
periode Jurassic, dan hidup sekitar 206 juta hingga 144 juta tahun lalu.
"Ini adalah salah satu bukti yang melengkapi data-data bahwa burung berkerabat dengan dinosaurus," ujar Jeffrey Wilson, paleontolog dari Universitas Michigan.
"Ini adalah salah satu bukti yang melengkapi data-data bahwa burung berkerabat dengan dinosaurus," ujar Jeffrey Wilson, paleontolog dari Universitas Michigan.
Disebut Aerosteon
riocoloradensis, dinosaurus berkaki dua ini tingginya mencapai 2,5 meter
dengan panjang tubuh mencapai 9 meter, sepanjang sebuah bus.Bersama paleontolog
dari Universitas Chicago, Paul Sereno dan lainnya, Wilson menemukan fosil
kepala A. riocoloradensis dalam ekspedisi tahun 1996 di Argentina.
Mereka kemudian membersihkan fosil tersebut lalu memindainya dengan komputer
tomography.Hasilnya, ditemukan lubang kecil di tulang belakangnya, tulang dada,
dan tulang pinggul yang menuju pada rongga-rongga. Saat dinosaurus itu hidup,
rongga-rongga tersebut sepertinya terhubung dengan otot-otot halus dan berisi
udara. Nah, rongga-rongga ini mirip sekali dengan rongga yang ditemukan pada
tulang burung masa kini.Walau tidak ada bukti bahwa dinosaurus jenis itu
memiliki bulu atau bisa terbang seperti burung saat hidup, namun setidaknya
diketahui mereka bernafas seperti burung.Burung memiliki paru-paru yang tidak
membesar atau berkontraksi seperti paru-paru mamalia. Mereka memiliki
kantung-kantung udara yang memompa udara ke paru-paru. Itu sebabnya burung bisa
terbang lebih tinggi dibanding kelelawar, yang seperti mamalia lainnya terpaksa
mengembangkan paru-parunya untuk mendapatkan proses bernafas yang efisien.
Kantung-kantung udara ini juga membuat tulang burung lebih ringan sehingga
terbang pun lebih mudah.
Beban yang ringan
Wilson dan rekan-rekannya
menduga tulang yang berongga dan kemungkinan adanya kantung udara memiliki
tujuan tertentu, misalnya membuat dinosaurus itu bisa bernafas dengan
efisien.Dengan bobot setara dengan seekor gajah, Aerosteon mungkin memanfaatkan
rongga-rongga itu untuk mengusir panas dari tubuhnya. Keuntungan lain adalah
untuk mengurangi beratnya, tanpa menganggu kekuatan.Sebelumnya, fosil-fosil
dari dinosaurus lain menunjukkan beberapa kemiripan dengan burung, meski belum
ada bukti pasti adanya fosil dinosaurus pemakan daging yang memiliki kantung
udara di tulang dadanya.Sebagai contoh, penelitian sebelumnya menunjukkan dinosaurus
maniraptor seperti velociraptor dan tyrannosaurus memiliki
struktur tulang yang menggerakkan rusuk dan tulang dada saat bernafas, persis
seperti pada burung.
Para peneliti juga menemukan kantung-kantung udara di tulang belakang sauropoda, dinosaurus pemakan tanaman yang memiliki leher dan ekor panjang. Mereka ini hidup pada periode Triassic akhir dan pertengahan Jurassic, sekitar 180 juta tahun lalu. (kompas)
Para peneliti juga menemukan kantung-kantung udara di tulang belakang sauropoda, dinosaurus pemakan tanaman yang memiliki leher dan ekor panjang. Mereka ini hidup pada periode Triassic akhir dan pertengahan Jurassic, sekitar 180 juta tahun lalu. (kompas)
2. Giganotosaurus
Giganotosaurus
Carolinii adalah sejenis dinosaurus. Dari segi bentuk tubuh, jenis ini amat
mirip dengan Tyrannosaurus rex, tetapi ukurannya sekitar 2 atau 3 meter lebih
besar daripada Tyrannosaurus rex (sebagai acuan, panjang Tyrannosaurus rex ± 13
meter). Pemangsa yang ganas, bersifat sama dengan Tyrannosaurus Rex. Yang
membedakan Giganotosaurus dengan yang lain hanyalah ukuran tubuhnya, 3 cakar
berlengan besar (Tyrannosaurus rex hanya memiliki 2 cakar dan lengan sangat
kecil), dan tulang-tulang seperti sirip pada seluruh permukaan atas tubuhnya,
dari ujung moncongnya sampai ujung ekornya. Sirip inipun tidak terlalu terlihat
karena amat kecil dibandingkan dengan tubuhnya yang amat besar. Giganotosaurus
disebut-sebut sebagai saingan raja kadal Tyrannosaurus karena besar tubuh dan
keganasannya.
3.
Hesperonychus.
Ukurannya memang hanya sebesar ayam,
namun jenis dinosaurus yang baru dideskripsikan fosilnya ini kelihatannya
garang. Dengan taring tajam dan panjang, makhluk tersebut diperkirakan seganas
velociraptor dengan cakar di ujung jari-jarinya.Sejauh ini, spesies itu
merupakan dinosaurus pemakan daging alias karnivora yang paling kecil di
Amerika Utara. Rekor sebelumnya sebesar serigala. Berat tubuhnya hanya sekitar
setengah kilogram.“Mungkin berburu dan makan apapun yang dapat diraihnya sesuai
ukurannya, serangga, mamalia, amfibi, dan mungkin bayi dinosaurus lain,” ujar
Nicholas Longrich dari Universitas Calgary Kanada yang melaporkannya dalam Proceedings
of the National Academy of Sciences edisi terbaru.Dinosaurus tersebut
diperkirakan hidup di kawasan rawa dan hutan basah di Amerika Utara 75 juta
tahun lalu. Temuan dinosaurus berukuran kecil di Amerika Utara termasuk jarang.
Fosilnya telah ditemukan sejak seperempat abad lalu namun selama ini teronggok
di gudang museum.Para peneliti memberi nama Hesperonychus elizabethae
untuk menghormati Elizabeth “Betsy” Nicholls, paleontolog yang mengumpulkan
spesimen dinosaurus tersebut. Sementara Hesperonychus berarti cakar barat
istilah untuk cakar panjang berbentuk sabit.
4.Coahuilatriceratops
Hewan
purba herbivora berusia 72 juta tahun tersebut dinamakan Coahuilaceratops
magnacuerna, memiliki dua tanduk lebar di atas kedua matanya dengan ukuran
sekitar 1,22 meter yang merupakan terpanjang dari yang dimiliki dinosaurus
lainnya.Peneliti menemukan fosil itu milik seekor Coahuilaceratops magnacuerna
dewasa dan satu buah lainnya anak-anak, seukuran badak dewasa di zaman saat ini
di Cerro del Pueblo Coahuila, Meksiko. Binatang itu memiliki panjang 6,7 meter
saat usia dewasa, dengan tinggi 2 meter berikut punggung dan lengannya.
“Kami hanya mengetahui sedikit informasi tentang
dinosaurus di Meksiko dan temuan itu meningkatkan skala pengetahuan dinosaurus
yang pernah hidup di Meksiko selama periode Creataceous akhir,” ujar peneliti
utama Mark Loewen, seorang ahli paleontologi di Museum Sejarah Alam Utah.Timnya
akan menjelaskan detil penelitian dalam sebuah buku pekan depan dalam ekspedisi
selama 2002 hingga 2003 di gurun Coahuila. Studi didanai oleh National
Geographic Society dan Universitas Utah.Ketika dinosaurus hidup di Meksiko,
wilayah itu lahan yang subur, mengandung muara sungai di mana air laut bertemu
dengan air segar sungai-sungai, serupa dengan lembah Gulf di Amerika Serikat
saat ini.
Banyak tulang dinosaurus ditemukan di area
tersebut, bersama dengan fosil siput dan kerang laut, mengindikasikan bahwa
makhluk tersebut hidup berdekatan dengan bibir pantai.Menurut para ahli,
dinosaurus yang mati secara massal di area dimaksud terjadi selama badai angin
dan banjir. Selama periode Cretaceous akhir, 97 hingga 65 juta tahun lalu,
peningkatan muka air laut global membanjiri area tengah benua Amerika, merendam
sebagian besar Amerika Utara.“Kami percaya bahwa dinosaurus Meksiko akan
menjadi elemen kritis mengungkap misteri kuno benua Amerika,” ujar Scott
Thompson dari Museum Sejarah Alam Utah Amerika Serikat.Akhir dari periode
Cretaceous juga memberikan pertanda punahnya dinosaurus setelah asteroid
sepanjang 10 kilometer menghantam bumi, menurut teori yang diterima. Dampaknya
menghancurkan hampir 80% spesies yang hidup di muka bumi.
No comments:
Post a Comment