Entri Populer

Sunday, October 14, 2012

J-Pop Idols VS K-Pop Idols


Tahun 2011 menjadi tahun dimana K-Pop mulai banyak membanjiri industri musik di dunia, termasuk di Jepang. Dari sekian banyak grup idol Korea yang mulai merambah pasar Jepang dengan debut di Negeri Sakura tersebut, yang paling dianggap sukses adalah KARA dan Shoujo Jidai (Girl's Generation/SNSD). Dari tahun ke tahun, K-Pop semakin menancapkan kukunya di blantika musik Jepang. Bukti paling konkrit terlihat dari Top 100 CD single paling laris di Jepang. Pada tahun 2009 ada 3 CD single K-Pop yang masuk ke dalam chart, pada tahun 2010 ada 6 CD single yang masuk, dan pada tahun 2011 ada 14 CD single yang masuk. Counter khusus K-Pop juga mulai terlihat di berbagai toko musik ternama di Jepang seperti Tsutaya. Karyawan toko yang diwawancarai pun mengatakan dari tahun ke tahun terlihat ada peningkatan jumlah pembeli K-Pop.



Tetapi hal ini bukan berarti J-Pop kalah bersaing di negeri sendiri. J-Pop memiliki genre yang sangat luas dan beragam. Sedangkan K-Pop yang sukses saat ini di Jepang hanyalah mengisi segmen idol group dan hanya menjadi salah satu bagian dari J-Pop. Selain memiliki jumlah yang sangat banyak, grup idol Jepang sendiri masih kuat dengan adanya AKB48 yang sudah dinobatkan sebagai idol group nomor satu di Jepang. Pengaruh AKB48 sudah sampai ke berbagai negara di Asia dan sudah pernah mengadakan konser di beberapa negara Eropa. Bahkan, angka penjualan beberapa single AKB48 terbaru belakangan ini mencatatkan rekor penjualan CD terbanyak di Jepang, dan juga tercatat sebagai grup dengan penjualan single tertinggi di United World Chart. Dari Hello! Project juga ada S/mileage yang saat ini dikatakan sebagai grup paling menonjol diantara grup lain diantara grup lain dalam keluarga Hello! Project. Setelah debut pada tahun 2010 dengan member yang rata-rata berumur 14 tahun, S/mileage banyak menarik perhatian para fans Hello! Project, tidak hanya di Jepang tetapi juga di luar Jepang. S/mileage sempat penghargaan sebagai The Best New Comer Group dan dinobatkan sebagai grup "Mottomo Kawaii Nihon Onna-tachi" ["The Cutest Japanese Girls"].


Jika diiikuti dengan seksama, persaingan grup idol di Jepang sangatlah keras. Karena grup idol yang ada sangat banyak, masing-masing berusaha mencari jati dirinya yang membuat mereka bisa menonjol diantara grup idol yang lain. Salah satu grup idol yang dikatakan memiliki kualitas yang bagus dalam menyanyi dan menari adalah E-Girls, grup yang baru saja debut dan siap mengguncang kancah musik Jepang pada tahun 2012.Sementara, Tsunku yang dikenal sebagai produser Hello! Project baru saja mendirikan Akihabara Back Stage Pass yang diharapkan akan melahirkan idols baru dengan sistem pembentukan yang berbeda dari grup-grup idol yang sudah ada. Tetapi, dari sekian banyak grup idol yang sudah ada, grup idol Korea bisa digermari karena memiliki genre yang berbeda dan hal-hal yang tidak dimiliki oleh grup idol di Jepang. Kehadiran grup idol di Korea membuat persaingan dunia idol di Jepang pun semakin memanas. Kini muncul pertanyaan dengan adanya Kanryuu (Korean Boom), bagaimana grup idol Jepang memosisikan diri mereka. Untuk mengetahui jawabannya, wawancara dengan beberapa tokoh penting yang pakar dalam dunia ini pun dilakukan.



Sayuki Furuyama, seorang profesor di salah satu universitas ternama di Tokyo yang juga berprofesi sebagai pemerhati pop culture Korea, memberikan pendapatnya mengenai nilai lebih yang dimiliki K-Pop. Menurut pengamatannya, ada banyak sekali syarat yang berat yang harus dilewati untuk menjadi seorang idol di Korea. Hal yang paling diutamakan adalah penampilan, karena seorang idol di sana MUTLAK HARUS BERPARAS CANTIK ATAU TAMPAN. Karena penampilan enjadi syarat utama, mengubah wajah atau mempercantik diri dengan operasi bukanlah hal yang aneh lagi. Lagipula, operasi plastik adalah sesuatu yang lumrah dan bukanlah hal yang tabu bagi masyarakat Korea. Mereka juga harus memiliki tinggi badan yang menunjang, tentu saja kaki panjang dan kurus menjadi nilai lebih yang dilihat. Fukuyama-sensei pun menambahkan sebenarnya hampir bisa dibilang tidak ada grup yang menyanyi sambil melakukan dance yang energik dan sulit di Jepang. Walaupun ada beberapa grup semacam itu di era tahun 1990-an, tetapi mereka memiliki segmen pasar yang berbeda. Bisa dikatakan grup idol Korea adalah grup yang “kansei” atau bisa dibilang sudah sempurna, meskipun sebenarnya sistem yang dimiliki grup idol Korea mengambil dasar dari grup idol di Jepang yang kemudian mereka kembangkan sendiri dengan pendekatan Korean Style. Mereka menerapkan latihan dan disiplin tinggi ala militer, karena itulah banyak orang Jepang yang terkejut dengan cara mereka bernyanyi dan menari. Mereka memberikan sesuatu yang beda bagi masyarakat Jepang, sehingga mulai disukai.

Orang kedua yang diwawancarai adalah Tsunku, yang memberikan pendapatnya mengenai perbedaan yang dimiliki idol Jepang dan Korea. Menurut beliau, idol Korea dengan idol Jepang hampir serupa. Selain bernyanyi dan melakukan performa, mereka juga muncul di berbagai acara TV dan drama. Apa yang memedakannya adalah gaedis Jepang memiliki faktor “moe” yang mungkin sulit dideskripsikan dengan kata-kata, tetapi bisa dirasakan saat melihat mereka. Selain itu, idol Jepang pada awalnya lahir untuk segmen yang lebih ke arah otaku, tetapi sekarang idol Jepang mulai bisa diterima berbagai kalangan. Jika idol Korea memiliki tingkat sempurna yang tinggi, idol Jepang biasanya adalah gadis-gadis yang belum sempurna. Tetapi, karena belum sempurna inilah yang membuat idol Jepang lebih menarik karena fans dapat melihat bagaimana mereka berkembang. Hal ini membuat interaksi antara idol dan fans semakin dekat. Beliau menjelaskan dukungan fans untuk sesuatu yang sudah sempurna dengan yang belum sempurna sangatlah berbeda. Secara psikologis, perasaan fans akan leibh tergerak melihat idol yang belum sempurna sehingga fans akan memberi dukungan kepada mereka, sehingga hubungan keduanya menjadi semakin dekat dan lebih memahami.

Sakurai Takamasa, seorang contents media producer yang sudah memperkenalkan pop culture Jepang ke berbagai negara, ikut memberikan pendapatnya mengenai K-Pop. Menurut beliau, faktor unik gadis Jepang adalah kawaii. Meskipun secara harafiah kawaii bisa diartikan cute, bagi orang Jepang berbeda dengan cute yang dimiliki gadis dari luar Jepang. Faktor kawaii jugalah yang membuat grup idol Jepang sangat dikenal di luar Jepang. Untuk mendapatkan penampilan yang kawaii, biasanya orang-orang di luar Jepang berdandan ala Harajuku Style atau cosplay. Menurut beliau, alasan kenapa banyak oranb ber-cosplay karena tokoh-tokoh dalam anime sangatlah beragam, dan mudah untuk proyeksi diri, membuat mereka bisa memilih tokoh yang sesuai dengan karakternya. Sebenarnya, fans grup idol Jepang di dunia sangatlah banyak, bahkan beliau seringkali menemukan fans Hello! Project di berbagai negara Eropa. Beliau menceritakan pengalamannya di China saat bertanya kenapa banyak orang di negeri itu sangat menyukai K-Pop, beliau mendapaktan alasan paling banyak adalah karena banyak artis Korea yang datang. Frekuensi kedatangan artis Korea ke berbagai negara di Asia jauh leibh sering dan banyak dibandingkan artis Jepang, sehingga pemberitaan mengenai artis Jepang yang datang ke negara-negara Asia sangatlah sedikit. Menurut beliau, hal ini sangat disayangkan, karena sebenarnya penggemar idol Jepang di negara-negara Asia sangatlah banyak, terutama di kalangan anak muda, dan mereka sampai sekarang masih menunggu para idola mereka untuk datang ke negaranya.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh idol Jepang adalah bahasa. Tentu saja saat bernyanyi, idol Jepang akan menggunakan bahasa Jepang, begitu juga dengna artis Korea akan menggunakan bahasa Korea. Tetapi, artis Korea memiliki kemampuan untuk berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional lebih baik daripada artis Jepang. Karena tidak menguasai bahasa untuk berkomunikasi di luar Jepang, para idol Jepang biasanya akan berkecil hati terlebih dahulu sebelum berangkat keluar Jepang, berbeda dengan artis Korea yang lebih percaya diri untuk pergi ke negara manapun di luar Korea.

Seorang warga Korea bernama Jon Kim yang bekerja sebagai pemerhati budaya Jepang dan Korea sempat membagikan pandangannya. Menurut beliau, apa yang membedakan J-Pop dan K-Pop adalah J-Pop lebih berfokus untuk suskes di dalam negeri sendiri, sedangkan K-Pop lebih fokus secara global. Karena itu, K-Pop lebih memiliki konten yang lebih disesuaikan dengan pasar global, sementara J-Pop masih memegang tradisi Jepang yang kuat dan masih tetap berpegang teguh dengan batasan-batasan yang tidak pernah ditembus dari dulu. Menurut beliau, hal tersebut sangat berbeda dengan K-Pop yang sebenarnya lahir dari perubahan budaya Korea yang baru terjadi belakangan ini. Hal ini disebabkan oleh krisis moneter pada tahun 1997 yang berdampak sangat besar bagi perekonomian Korea. Setelah IMF memberi bantuan moneter, perekonomian dan pola pikir orang Korea berubah banyak dan leibh memikirkan bagaiman mereka bisa eksis di duna internasional. Karenanya, setiap orang Korea selalu memiliki motivasi untuk tampil di dunia internasional. Contoh paling mudah yang terlihat adalah bagaimana gencarnya Samsung dan LG mempromosikan produk-produk terbaru mereka di dunia belakangan ini. Tetapi, pemikiran mereka yang leibh berfokus ke dunia internasional justru seringkali meninggalkan ciri khas budaya Korea. Seperti yang diketahui banyak orang, industri musik di Jepang sangatlah besar dan menjadi kedua terbesar di dunia. Berbeda dengan industri musik di Korea yang lebih kecil dan antusisas yang lebih sedikit. Karena itu, banyak record label Korea yang mencoba untuk memasuki pasar musik di Jepang karena tergiur dengan pangsa pasar yang sangat besar ini.

Menanggapi pandangan yang diberikan oleh Jon Kim, LDH mengatakan E-Girls merupakan unit yang lahir dengan menembus keadaan sosial orang Jepang untuk eksis di dunia internasional. LDH (singkatan dari Love+Dream+Happiness) adalah sebuah agensi entertainment yang menaungi berbagai grup idol dan talenta, diantaranya, Exile, Dream, Flower, dan Happiness. Saat ini, yang mendudu,i posisi pemimpin LDH adalah Hiro, leader Exile. E-Girls sendiri merupakan singkatan dari “Exile-kei Girls Unit” dan beranggotakan member-member dari Dream, Flower, dan Happiness. Untuk mengetahui tentang E-Girls lebih lanjut, Mori Shigeki yang menjabat sebagai salah satu petinggi LDH tidak ketinggalan mendapat bagian untuk diminta pendapatnya. Menurut beliau, E-Girls adalah gadis-gadis yang benar-benar berjuang keras untuk menggantungkan hidupnya di dunia entertainment. Di satu sisi mereka memiliki kehidupan sehari-hari yang normal layaknya gadis seumuran mereka, tetapi juga  mermiliki impian untuk menjadi seorang idol dan entertainer yang profesional. Dalam berbagai pertunjukan live Exile, para member E-Girls sudah sering turun sebagai back dancer dan mereka dapat memperlihatkan me tarian yang energik dan kuat. Karena mereka tumbuh dengan selalu  melihat performa para senpai mereka (Exile), masing-masing anggota memiliki motivasi yang sangat kuat untuk terus berlatih hingga memiliki skill dance yang sangat baik dan bisa dibanggakan secara internasional. Selain berlatih bersama mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan, masing-masing anggota juga diwajibkan untuk memikirkan sendiri koreografi yang dapat digunakan. Bahkan, masing-masing member selalu berlatih koreografi ciptaannya sendiri dan melakukan performance di hadapan member lain di sela-sela latihan. Hal ini memberikan motivasi kepada member lain untuk membuat koreografi yang lebih baik atau ingin memperlihatkan kalau dirinya juga memiliki skill dance yang bisa dibanggakan. Para pelatih yang menangani E-Girls juga banyak yang memuji skill yang dimiliki para member-nya. Mereka tidak pernah membayangkan member E-Girls bisa menyanyi dengan baik sambil performa dance yang sangat enerik. Bahkan, ada yang mengatakan kualitas suara salah satu member seperti Beyonce meskipun sambil menari. Setiap member juga sudah banyak yang berprofesi di bidangnya masing-masing seperti model fashion dan pemain teater, dimana hal ini banyak membentuk kepribadian setiap individu member sekaligus memberi kelebihan khusus bagi mereka. Selain itu, setiap member dibekali keahlian untuk berbicara menggunakan bahasa asing selain Jepang. LDH juga ingin mengincar pasar Asia dengan E-Girls, sama seperti halnya Korea yang sudah lebih dulu mengincar pasar Asia. Tetapi, karena E-Girls benar-benar masih baru dan "hatsu release" pada tanggal 28 Desember 2011 yang lalu, yang pertama kali kami pikirkan dulu kini adalah bagaimana mereka memosisikan diri di pasar Jepang sendiri.

Wawancara berlanjut ke Kaoru Wada, tokoh yang pernah menjadi idol management untuk Morning Musume. Menurut beliau, K-Pop memiliki tingkat sempurna yang sangat tinggi, tetapi kurang mengikut sertakan fansnya ke kesuksesan mereka. Idol seperti Morning Mususme selalu mengikut sertakan para fans karena setiap acara yang dibintangi mereka merupakan sebuah bentuk audisi secara tidak langsung, dimana mereka harus bisa memperlihatkan apa yang mereka miliki hingga bisa menarik perhatian masyarakat. Usaha mereka sebagai idol yang belum sempurna inilah yang membuat para fans simpatik dan ingin mendukung mereka, sehingga jumlah fans pun semakin lama semakin bertambah. Menurut beliau, AKB48 adalah grup yang hebat, tidak hanya dari penampilan, daya tarik mereka juga ada pada lagu-lagu yang mereka bawakan. Di karaoke pun lagu AKB48 menjadi lagu dari grup idol yang paling banyak dinyanyikan. Grup dengan jumlah member yang sangat banyak juga hanya bisa ditemukan di Jepang, grup di luar Jepang dengan member paling banyak biasanya hanya beranggotakan 9-12 orang. Kalau diteliti lebih dalam, sebenarnya mengurus gurp dengan jumlah anggota yang sangat banyak sangatlah sulit. Dengan jumlah member yang semakin banyak, berarti semakin banyak juga karakteristik member yang harus disatukan, elum lagi mereka harus memikirkan untuk mengeluarkan lagu-lagu baru yang dapat menempati posisi Oricon Chart. Saya rasa negara yang bisa melahirkan grup idol dengan jumlah member yang sangat banyak hanyalah Jepang. Karena itu, apa yang dimiliki idol Jepang untuk mendunia adalah empati dan team work yang mereka miliki.
                         
Diluar dari wawancara dengan tokoh-tokoh di atas, para fans idol di Jepang tidak terlalu mempermasalahkan mewabahnya K-Pop di Jepang, karena bagi mereka, fans idol dan fans K-Pop tidak dapat disatukan karena keduanya adalah hal yang berbeda dengan cirinya masing-masing. Dari hasil survei salah satu majalah di Jepang pun didapat hasil biaanya para fans K-Pop di Jepang adalah orang-orang yang dulunya menjadi fans Ayumi Hamasaki dan Namie Amuro. Sedangkan para fans idol Jepang bisa dibilang hampir tidak ada yang menjadi fans K-Pop. Diluar semua itu, belakangan tidak semua orang Jepang menerima kehadiran K-Pop. Ada beberapa hal yang memicu munculnya gerakan sentimen terhadap K-Pop belakangan ini. Salah satu pemicu adalah pendatang baru yang dianggap tidak bisa melafalkan bahasa Jepang dengan baik dan benar. Diduga karena tergiur dengan keberhasilan para pendahulunya di pasar Jepang, grup ini memaksakan diri untuk melakukan debut di Jepang dengan bahasa Jepang yang buruk, padahal syarat utama untuk dapat debut di Jepang adalah membawakan lagu dalam bahasa Jepang. Alhasil banyak orang yang mencibir dan mengatakan mereka tidak layak untuk debut di Jepang. Pemicu lain yang sempat menjadi kontroversi adalah artis Korea yang tidak mengindahkan etika dan budaya di Jepang saat menjadi bintang tamu di sebuah acara TV. Meskipun bagi pemirsa Korea di luar Jepang tidak menemukan keganjalan yang berarti, tetapi bagi orang Jepang apa yang dilakukannya dianggap tidak sopan. Meskipun kejadian-kejadian tersebut hanya dilakukan oleh segelintir artis yang datang ke Jepang, tetapi pengaruhnya terhadap citra K-Pop di Jepang sangatlah besar.


Aahh, akhirnya... Selesai juga....
Oya, ini ya sumbernya....
Best anime and lifestyle magazine, Animonstar.
Animonstar edisi Februari 2012 voloume 155
Di rubrik Hot Issue halaman 98-101
Text by: Aditya Rai

DENGAN SEDIKIT PERUBAHAN.
MAAF JIKA MASIH ADA KESALAHAN, TERIMAKASIH.


No comments:

Post a Comment