Entri Populer

Thursday, February 16, 2017

[Cerpen] Hanya Hari Ini



Oleh: ElvinAkira
Untuk Wn

Sudah beberapa hari ini, entah mengapa, aku sangat ingin pergi ke laut. Walau kutahu, ini di tengah musim dingin. Setidaknya, butiran-butiran salju belum turun. Bus yang kutumpangi perlahan berhenti di halte yang kosong, beberapa meter sebelum pasir pantai terlihat. Decitan yang menandakan bahwa bus ini sudah sangat tua terdengar nyaring. Perlahan, aku berdiri dan turun dari bus yang kini menyisakan bangku-bangku yang kosong. Hanya supir bus seorang.
Angin khas laut yang asin menerpa. Namun kali ini bercampur juga dengan udara khas musim dingin. Perlahan suara bus menggeram, berjalan pelan bagaikan terseok, perlahan menjauh. Hingga menjadi suatu titik kecil nun jauh di ujung jalan. Meninggalkan jejak kepulan asap abu-abu dan diriku.
Aku berjalan ke arah vending machine yang berjarak sepuluh langkah. Memasukkan sekeping koin 100 yen dan dua keping 10 yen, kemudian menekan tombol merah itu. Dalam sekejap, rasa hangat itu menjalari kedua telapak tanganku. Sekaleng susu coklat panas yang kugenggam dengan kedua tanganku kutempelkan pada pipi kananku. Rasanya begitu....
menyenangkan di cuaca yang dingin ini. Lalu kumasukkan kaleng coklat itu ke dalam saku kanan jaketku.
Entah mengapa, dengan tangan di dalam jaket, aku merasa seperti menggandeng sebuah dunia yang kosong; tanpa siapapun di dalamnya.
Walau kutahu bahwa sekarang kau menyukainya.... Maafkanlah aku yang telah mengajakmu ke sini. Aku... entahlah, merasa sangat senang ketika kau memberitahukan siapa gadis yang sekelas denganmu... yang sedang kau sukai. Lalu setelahnya, kau selalu menceritakan perkembanganmu dengannya. Walau harus kuakui, kau sangatlah payah dalam hal mendekati gadis itu.
Satu yang sangat kuingat, saat Valentine, kau meletakkan coklat yang kaubuat saat pelajaran Prakarya di meja gadis itu, secara diam-diam, tanpa nama. Anonim. Dan malamnya aku mendorong dirimu agar mengirim pesan elektronik ke gadis pujaanmu itu untuk mengucapkan selamat hari Valentine. Dan apa yang kau lakukan setelah kutinggal tidur adalah suatu hal yang sangatlah tolol! Bagus gadis itu menjawab ucapanmu. Dasar kau yang mengantuk dan sedang konsentrasi bermain game, kau malah kirimkan tangkapan layar percakapanmu dengan gadis itu kepada gadis itu sendiri! Harusnya kau kirim kepadaku.... Betapa bodohnya dirimu. Aku tersenyum ketika kuingat momen itu. Setelahnya, gadis itu hanya membaca, tanpa membalas sepatah kata pun....
Aku yakin, kau pasti berpikir bahwa aku sangat egois. Ponselmu yang tiba-tiba berdering; telepon yang masuk dari nomorku. Namun kau mengiyakan ajakanku. Aku berjalan ke arah pantai, duduk di atas pemecah ombak. Saat aku sedang asyik memandang ke laut yang terus bergulir, kau tiba-tiba duduk di samping kananku, tersenyum hangat ke arahku. Selama beberapa menit, kita hanya duduk berdampingan tanpa sepatah katapun. Kini kusadar, apa yang penting dari sesuatu. Ia baru terlihat setelah ia pergi menghilang.... Seperti pilihanku untuk mendukungmu dengan gadis itu... Namun harusnya aku bersyukur karena kau sudah mau lebih membuka diri padaku, tak setertutup dahulu, saat kau sangat dingin padaku, seperti musim yang sedang berlangsung ini.
Ombak terus bergelung-gelung. Datang dan pergi. Pecah menjadi buih-buih kecil berwarna putih. Melodi terindah di dunia, kataku padamu, perlahan. Suara deburan ombak yang selalu saja menjadi favoritku. Naik kemudian surut, entah mengapa ombak ini membuatku sedih. Mungkin karena dengan ombak yang terus bergerak seperti itu mengingatkanku pada waktu yang telah berlalu. Dan tak dapat terulang lagi. Tidak dapat mengulang waktu yang telah berlalu, suatu hal yang seringkali ingin kulakukan, agar bisa kembali lagi ke masa saat kita awal dekat dan akrab, menjalin persahabatan ini. Masa-masa bahagia, dan mencegah segala kesalahan agar tak terjadi.
Keheningan yang terbentuk di antara kita berdua pun terpecah, saat akhirnya kau membuka mulutmu. Mulai bercerita tentang gadis yang kausukai itu, lagi. Dan kurasa aku tak bosan-bosannya mendengarkan cerita-ceritamu. Yang kadang tertawa, menertawakan kebodohanmu dalam proses mendekatinya. Atau aku menertawakan diriku sendiri yang memakai topeng?
Apa yang harus kulakukan? Mengatakan bahwa aku memendam perasaan padamu? Kau tahu apa yang selama ini membuatku menahan perasaan ini? Karena aku sangat takut bahwa persahabatan kita bisa hancur. Aku takut kita takkan bisa kembali lagi seperti sekarang. Perlahan, kusandarkan kepalaku di bahumu. Dan kau tetap diam tak bergeming. Bagiku, hari ini adalah sebuah momen yang abadi. Ingin rasanya seperti ini terus bersamamu. Selamanya. Namun kutahu hal itu takkan mungkin terjadi.
Lalu sambil tetap menyandarkan kepalaku di punggungmu, kuajak kau melihat mentari senja bersama. Dan lagi-lagi, kau menyetujuinya begitu saja. Entah mengapa dalam diriku aku merasa lega. Tapi kemudian kusadar, saat esok hari tiba, semua akan kembali lagi, kita menjadi sepasang sahabat. Dan lagi, kesunyian melingkupi kita.
Kau cukup menemaniku saja. Aku ingin mengucapkan kalimat itu keras-keras. Namun akhirnya hanya bisa kuucapkan keras-keras di dalam kepalaku. Rasanya tak ingin memecah keheningan yang membungkus kita berdua. Panas tubuhmu bercampur dengan panas tubuhku. Rasanya aku tak memerlukan jaket ini lagi. Hanya dalam pelukanmu saja sudah cukup bagiku. Tapi kutepis segera pikiran itu, sesuatu yang mustahil terjadi, kecuali aku adalah gadis yang kauincar itu.
Yang hari ini kubutuhkan hanyalah kehadiranmu seperti ini saja. Cukup seperti ini. Di sampingku, menjadi orang  yang terdekat. Karena memang pada kenyataannya kaulah orang terdekat yang kumiliki di luar keluarga yang ada di hidupku. Masih sama seperti dahulu. Dan dari dahulu. Tanpa ada yang berubah. Tidak, ada yang berubah. Dulu sempat terbentuk jarak antara kita berdua. Namun kurasa kini jarak yang seperti luka itu makin lama makin sembuh; menutup.
Untuk terakhir kalinya, ikutilah cintaku yang konyol ini. Rasanya ingin kuteriakkan juga kalimat itu. Tapi segera kutepis kembali pikiran konyol itu. Sekonyol perasaan ini padamu. Setidaknya biarkanlah aku merasakan kau juga mencintaiku hingga matahari terbenam nanti.
Langit masih saja kelabu, tapi ada sedikit semburat ungu kemerahan di ujung kaki langit. Kurasa waktu kita berdua untuk tetap bersama-sama akan habis. Dan kurasa cinta ini seharusnya juga berakhir, bersamaan dengan terbenamnya matahari.
Akhirnya dengan segenap keberanianku, aku perlahan menggenggam telapak tanganmu dan berbisik sangat lirih,”Kamu cukup menemani saja.”
Dan perlahan, angin laut yang terasa angin dan sedikit lembab, berdesir dan terasa agak kering kali ini, di antara kita.





“Tidak dapat mengulang waktu yang telah berlalu”—Only Today by JKT48






@ElvinAkira, Malang, Rabu, 15 Februari 2017
Terinspirasi dari lagu “Only Today” oleh JKT48.

No comments:

Post a Comment