Oleh:
ElvinAkira
Untuk
Wn
Sudah beberapa hari ini, entah mengapa, aku sangat
ingin pergi ke laut. Walau kutahu, ini di tengah musim dingin. Setidaknya, butiran-butiran
salju belum turun. Bus yang kutumpangi perlahan berhenti di halte yang kosong,
beberapa meter sebelum pasir pantai terlihat. Decitan yang menandakan bahwa bus
ini sudah sangat tua terdengar nyaring. Perlahan, aku berdiri dan turun dari
bus yang kini menyisakan bangku-bangku yang kosong. Hanya supir bus seorang.
Angin khas laut yang asin menerpa. Namun kali ini
bercampur juga dengan udara khas musim dingin. Perlahan suara bus menggeram,
berjalan pelan bagaikan terseok, perlahan menjauh. Hingga menjadi suatu titik
kecil nun jauh di ujung jalan. Meninggalkan jejak kepulan asap abu-abu dan
diriku.
Aku berjalan ke arah vending machine yang berjarak sepuluh langkah. Memasukkan sekeping
koin 100 yen dan dua keping 10 yen, kemudian menekan tombol merah itu. Dalam
sekejap, rasa hangat itu menjalari kedua telapak tanganku. Sekaleng susu coklat
panas yang kugenggam dengan kedua tanganku kutempelkan pada pipi kananku.
Rasanya begitu....
menyenangkan di cuaca yang dingin ini. Lalu kumasukkan kaleng coklat itu ke dalam saku kanan jaketku.
menyenangkan di cuaca yang dingin ini. Lalu kumasukkan kaleng coklat itu ke dalam saku kanan jaketku.
Entah mengapa, dengan tangan di dalam jaket, aku
merasa seperti menggandeng sebuah dunia yang kosong; tanpa siapapun di
dalamnya.
Walau kutahu bahwa sekarang kau menyukainya....
Maafkanlah aku yang telah mengajakmu ke sini. Aku... entahlah, merasa sangat
senang ketika kau memberitahukan siapa gadis yang sekelas denganmu... yang
sedang kau sukai. Lalu setelahnya, kau selalu menceritakan perkembanganmu dengannya.
Walau harus kuakui, kau sangatlah payah dalam hal mendekati gadis itu.
Satu yang sangat kuingat, saat Valentine, kau
meletakkan coklat yang kaubuat saat pelajaran Prakarya di meja gadis itu,
secara diam-diam, tanpa nama. Anonim. Dan malamnya aku mendorong dirimu agar
mengirim pesan elektronik ke gadis pujaanmu itu untuk mengucapkan selamat hari
Valentine. Dan apa yang kau lakukan setelah kutinggal tidur adalah suatu hal
yang sangatlah tolol! Bagus gadis itu menjawab ucapanmu. Dasar kau yang
mengantuk dan sedang konsentrasi bermain game,
kau malah kirimkan tangkapan layar percakapanmu dengan gadis itu kepada gadis
itu sendiri! Harusnya kau kirim kepadaku.... Betapa bodohnya dirimu. Aku tersenyum
ketika kuingat momen itu. Setelahnya, gadis itu hanya membaca, tanpa membalas
sepatah kata pun....
Aku yakin, kau pasti berpikir bahwa aku sangat egois.
Ponselmu yang tiba-tiba berdering; telepon yang masuk dari nomorku. Namun kau
mengiyakan ajakanku. Aku berjalan ke arah pantai, duduk di atas pemecah ombak.
Saat aku sedang asyik memandang ke laut yang terus bergulir, kau tiba-tiba
duduk di samping kananku, tersenyum hangat ke arahku. Selama beberapa menit,
kita hanya duduk berdampingan tanpa sepatah katapun. Kini kusadar, apa yang penting
dari sesuatu. Ia baru terlihat setelah ia pergi menghilang.... Seperti
pilihanku untuk mendukungmu dengan gadis itu... Namun harusnya aku bersyukur
karena kau sudah mau lebih membuka diri padaku, tak setertutup dahulu, saat kau
sangat dingin padaku, seperti musim yang sedang berlangsung ini.
Ombak terus bergelung-gelung. Datang dan pergi.
Pecah menjadi buih-buih kecil berwarna putih. Melodi terindah di dunia, kataku
padamu, perlahan. Suara deburan ombak yang selalu saja menjadi favoritku. Naik
kemudian surut, entah mengapa ombak ini membuatku sedih. Mungkin karena dengan
ombak yang terus bergerak seperti itu mengingatkanku pada waktu yang telah
berlalu. Dan tak dapat terulang lagi. Tidak dapat mengulang waktu yang telah
berlalu, suatu hal yang seringkali ingin kulakukan, agar bisa kembali lagi ke
masa saat kita awal dekat dan akrab, menjalin persahabatan ini. Masa-masa
bahagia, dan mencegah segala kesalahan agar tak terjadi.
Keheningan yang terbentuk di antara kita berdua
pun terpecah, saat akhirnya kau membuka mulutmu. Mulai bercerita tentang gadis
yang kausukai itu, lagi. Dan kurasa aku tak bosan-bosannya mendengarkan
cerita-ceritamu. Yang kadang tertawa, menertawakan kebodohanmu dalam proses
mendekatinya. Atau aku menertawakan diriku sendiri yang memakai topeng?
Apa yang harus kulakukan? Mengatakan bahwa aku
memendam perasaan padamu? Kau tahu apa yang selama ini membuatku menahan
perasaan ini? Karena aku sangat takut bahwa persahabatan kita bisa hancur. Aku
takut kita takkan bisa kembali lagi seperti sekarang. Perlahan, kusandarkan
kepalaku di bahumu. Dan kau tetap diam tak bergeming. Bagiku, hari ini adalah
sebuah momen yang abadi. Ingin rasanya seperti ini terus bersamamu. Selamanya.
Namun kutahu hal itu takkan mungkin terjadi.
Lalu sambil tetap menyandarkan kepalaku di
punggungmu, kuajak kau melihat mentari senja bersama. Dan lagi-lagi, kau
menyetujuinya begitu saja. Entah mengapa dalam diriku aku merasa lega. Tapi
kemudian kusadar, saat esok hari tiba, semua akan kembali lagi, kita menjadi
sepasang sahabat. Dan lagi, kesunyian melingkupi kita.
Kau cukup menemaniku saja. Aku ingin mengucapkan
kalimat itu keras-keras. Namun akhirnya hanya bisa kuucapkan keras-keras di
dalam kepalaku. Rasanya tak ingin memecah keheningan yang membungkus kita berdua.
Panas tubuhmu bercampur dengan panas tubuhku. Rasanya aku tak memerlukan jaket
ini lagi. Hanya dalam pelukanmu saja sudah cukup bagiku. Tapi kutepis segera
pikiran itu, sesuatu yang mustahil terjadi, kecuali aku adalah gadis yang
kauincar itu.
Yang hari ini kubutuhkan hanyalah kehadiranmu
seperti ini saja. Cukup seperti ini. Di sampingku, menjadi orang yang terdekat. Karena memang pada
kenyataannya kaulah orang terdekat yang kumiliki di luar keluarga yang ada di
hidupku. Masih sama seperti dahulu. Dan dari dahulu. Tanpa ada yang berubah.
Tidak, ada yang berubah. Dulu sempat terbentuk jarak antara kita berdua. Namun
kurasa kini jarak yang seperti luka itu makin lama makin sembuh; menutup.
Untuk terakhir kalinya, ikutilah cintaku yang
konyol ini. Rasanya ingin kuteriakkan juga kalimat itu. Tapi segera kutepis
kembali pikiran konyol itu. Sekonyol perasaan ini padamu. Setidaknya biarkanlah
aku merasakan kau juga mencintaiku hingga matahari terbenam nanti.
Langit masih saja kelabu, tapi ada sedikit
semburat ungu kemerahan di ujung kaki langit. Kurasa waktu kita berdua untuk
tetap bersama-sama akan habis. Dan kurasa cinta ini seharusnya juga berakhir,
bersamaan dengan terbenamnya matahari.
Akhirnya dengan segenap keberanianku, aku perlahan
menggenggam telapak tanganmu dan berbisik sangat lirih,”Kamu cukup menemani
saja.”
Dan perlahan, angin laut yang terasa angin dan
sedikit lembab, berdesir dan terasa agak kering kali ini, di antara kita.
“Tidak dapat mengulang waktu yang telah berlalu”—Only
Today by JKT48
@ElvinAkira, Malang, Rabu, 15 Februari
2017
Terinspirasi dari lagu “Only Today” oleh
JKT48.
No comments:
Post a Comment